Sungguh menyedihkan ketika membaca berita yang menyebutkan kasus-kasus korupsi di tanah air belakangan ini ternyata pelakunya ataupun tersangkanya melibatkan para politisi muda kita. Mau dibawa kemana negeri ini? begitulah rata-rata komentar yang muncul atas berita itu.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI), sebuah lembaga yang melakukan penelitian tentang kasus-kasus korupsi itu menyebutkan, lima ranking tertinggi berita korupsi di 2011 didominasi oleh politisi muda. Data itu berdasarkan survei LSI soal kekecewaan publik terhadap kiprah politisi muda di tanah air.
Dari hasil survei itu, yang berada di urutan teratas dalam berita-berita korupsi ada nama-nama politisi muda yang beken seperti Nazaruddin yang baru berumur 33, Angelina Sondakh yang berumur 34, Anas Urbaningrum (42), Andi Mallarangeng (48), dan Muhaimin Iskandar (45).
Memang nama-nama itu belum tentu bersalah, karena proses hukum masih terus berjalan sampai sekarang. Tetapi terpampangnya nama-nama politisi muda ini dalam berita-berita korupsi di media massa, telah membentuk persepsi dan opini publik yang negatif, paling tidak itu gambaran dari survei tadi.
Betul bahwa secara hukum, para politisi muda ini belum tentu bersalah, tetapi berita seputar mereka sudah merusak dan menghempaskan harapan publik terhadap para politisi muda.
Perjalanan kehidupan berdemokrasi negeri ini yang sudah dimulai sejak runtuhnya orde baru lebih dari sepuluh tahun lalu, sungguh telah diletakkan pada pundak para politisi muda ini. Masyarakat sudah tak lagi percaya kepada para politisi tua yang sebelumnya dianggap korup.
Bahkan ketika gerakan menumbangkan rezim orde baru sedang gencar-gencarnya, muncul jargon "Potong Generasi" yang seolah menggambarkan bahwa generasi politisi tua sudah tidak diperlukan lagi dan harus di"potong", digantikan oleh generasi politisi muda yang dirasa lebih menjanjikan.
Dalam perjalan gerakan reformasi sampai sekarang, harapan munculnya para politisi muda yang mampu memimpin kebangkitan bangsa masih terus didengungkan. Termasuk harapan munculnya generasi politisi muda dalam deretan nama calon presiden dan wakil presiden.
Tetapi dengan hasil survei LSI seperti itu, tentu saja mulai ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tentu kita berharap, hasil survei ini tak menggambarkan sepenuhnya kualitas para politisi muda kita, sebab regenerasi dan estafet tongkat kepemimpinan itu mau tidak mau, suka tidak suka, harus terus berjalan.
Di luar soal siapa yang masuk dalam pemberitaan tentang korupsi, yang menjadi pertanyaan lain adalah, sudah sebegitu hebatkah budaya korupsi di negeri ini. Meski dari data yang dikeluarkan lembaga-lembaga independen, masih menempatkan Indonesia pada posisi atas negara korup, tetapi tentu kita tak ingin melihat kenyataan bahwa budaya korupsi itu tak bisa dieliminir tetapi bahkan seolah diwariskan.
Kita mencibir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika "curhat" tentang banyaknya uang negara yang di"rampok". kita mencibir karena presiden kita yang satu ini, sejak awal menduduki kursi RI-1 sudah mendengungkan perang terhadap korupsi. Sejumlah lembaga dibentuk termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tetapi alih-alih makin berkurang, kasus-kasus korupsi justru sepertinya malah makin tumbuh subur. Bukan saja dari jumlah kasus, tetapi kualitas koruspinya juga meningkat. Tak hanya melibatkan pejabat pusat, tetapi juga pejabat daerah, tak hanya melibatkan pejabat tinggi tetapi juga pegawai rendahan, tak hanya melibatkan pejabat lembaga eksekutif, tetapi juga pejabat lembaga Yudikatif dan bahkan para wakil rakyat.
Tanpa bermaksud menghakimi para politisi muda kita dengan hasil survei yang bisa saja masih argumentatif, tetapi selayaknya gambaran ringkas bisa menjadi bahan interospeksi diri. Buatlah itu sebagai cermin meski kelihatan sedikit buram.
Semoga saja para politisi muda kita tidak terjebak dalam sistem yang korup ini. Kita yakin masih banyak politisi muda yang punya idealisme dan semangat untuk membangun negeri ini. Mereka tak boleh hanya menjual sentimen generasi mudanya tetapi lebih menjual kualitas, kinerja dan integritas sebagai politisi yang bersih dan bermartabat. Kalau tidak, tentu mereka akan dilibas kembali oleh politisi-politisi gaek yang banyak uang.
Lingkaran Survei Indonesia (LSI), sebuah lembaga yang melakukan penelitian tentang kasus-kasus korupsi itu menyebutkan, lima ranking tertinggi berita korupsi di 2011 didominasi oleh politisi muda. Data itu berdasarkan survei LSI soal kekecewaan publik terhadap kiprah politisi muda di tanah air.
Dari hasil survei itu, yang berada di urutan teratas dalam berita-berita korupsi ada nama-nama politisi muda yang beken seperti Nazaruddin yang baru berumur 33, Angelina Sondakh yang berumur 34, Anas Urbaningrum (42), Andi Mallarangeng (48), dan Muhaimin Iskandar (45).
Memang nama-nama itu belum tentu bersalah, karena proses hukum masih terus berjalan sampai sekarang. Tetapi terpampangnya nama-nama politisi muda ini dalam berita-berita korupsi di media massa, telah membentuk persepsi dan opini publik yang negatif, paling tidak itu gambaran dari survei tadi.
Betul bahwa secara hukum, para politisi muda ini belum tentu bersalah, tetapi berita seputar mereka sudah merusak dan menghempaskan harapan publik terhadap para politisi muda.
Perjalanan kehidupan berdemokrasi negeri ini yang sudah dimulai sejak runtuhnya orde baru lebih dari sepuluh tahun lalu, sungguh telah diletakkan pada pundak para politisi muda ini. Masyarakat sudah tak lagi percaya kepada para politisi tua yang sebelumnya dianggap korup.
Bahkan ketika gerakan menumbangkan rezim orde baru sedang gencar-gencarnya, muncul jargon "Potong Generasi" yang seolah menggambarkan bahwa generasi politisi tua sudah tidak diperlukan lagi dan harus di"potong", digantikan oleh generasi politisi muda yang dirasa lebih menjanjikan.
Dalam perjalan gerakan reformasi sampai sekarang, harapan munculnya para politisi muda yang mampu memimpin kebangkitan bangsa masih terus didengungkan. Termasuk harapan munculnya generasi politisi muda dalam deretan nama calon presiden dan wakil presiden.
Tetapi dengan hasil survei LSI seperti itu, tentu saja mulai ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tentu kita berharap, hasil survei ini tak menggambarkan sepenuhnya kualitas para politisi muda kita, sebab regenerasi dan estafet tongkat kepemimpinan itu mau tidak mau, suka tidak suka, harus terus berjalan.
Di luar soal siapa yang masuk dalam pemberitaan tentang korupsi, yang menjadi pertanyaan lain adalah, sudah sebegitu hebatkah budaya korupsi di negeri ini. Meski dari data yang dikeluarkan lembaga-lembaga independen, masih menempatkan Indonesia pada posisi atas negara korup, tetapi tentu kita tak ingin melihat kenyataan bahwa budaya korupsi itu tak bisa dieliminir tetapi bahkan seolah diwariskan.
Kita mencibir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika "curhat" tentang banyaknya uang negara yang di"rampok". kita mencibir karena presiden kita yang satu ini, sejak awal menduduki kursi RI-1 sudah mendengungkan perang terhadap korupsi. Sejumlah lembaga dibentuk termasuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tetapi alih-alih makin berkurang, kasus-kasus korupsi justru sepertinya malah makin tumbuh subur. Bukan saja dari jumlah kasus, tetapi kualitas koruspinya juga meningkat. Tak hanya melibatkan pejabat pusat, tetapi juga pejabat daerah, tak hanya melibatkan pejabat tinggi tetapi juga pegawai rendahan, tak hanya melibatkan pejabat lembaga eksekutif, tetapi juga pejabat lembaga Yudikatif dan bahkan para wakil rakyat.
Tanpa bermaksud menghakimi para politisi muda kita dengan hasil survei yang bisa saja masih argumentatif, tetapi selayaknya gambaran ringkas bisa menjadi bahan interospeksi diri. Buatlah itu sebagai cermin meski kelihatan sedikit buram.
Semoga saja para politisi muda kita tidak terjebak dalam sistem yang korup ini. Kita yakin masih banyak politisi muda yang punya idealisme dan semangat untuk membangun negeri ini. Mereka tak boleh hanya menjual sentimen generasi mudanya tetapi lebih menjual kualitas, kinerja dan integritas sebagai politisi yang bersih dan bermartabat. Kalau tidak, tentu mereka akan dilibas kembali oleh politisi-politisi gaek yang banyak uang.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih karna tlah berkunjung ke sharetex...
silahkan di komen....