Permasalahan yang menghadang seorang da'i di tengah medan dakwah adalah
permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu
tidak akan bisa memberikan sesuatu tersebut. Seseorang yang tidak memiliki kunci,
maka sulit baginya untuk masuk. Manusia yang hatinya terkunci sehingga sulit
dimasuki oleh dakwah, bagaikan brankas besar yang sebenarnya dapat dibuka hanya
dengan kunci yang kecil. Demikianlah persoalannya, yang sesungguhnya kembali
kepada diri sang da'i itu sendiri, yakni berkaitan dengan potensi dirinya secara ruhiah, di
samping kecekapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam
mewujudkannya.
Jika kita telah faham bahawa syaitan juga membuat program untuk para
pengikutnya dengan langkah-langkah yang bertahap (sebagaimana firman Allah,
"Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan." (Al-Baqarah: 168), maka sudah
selayaknya seorang da'i juga membuat program dan langkah-langkah dalam mengambil
simpati mad'u. Sungguh sangat jauh berbeza antara tujuan syaitan dengan tujuan
orang-orang yang beriman. Allah swt. berfirman,
"Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika
kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita
kesakitan (pula), sebagaimana kalian menderitanya. Sedangkan kalian mengharap
dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(An-Nisa': 104)
Oleh kerananya, seorang da'i hendaklah memperhatikan celah-celah kebaikan
yang ada pada orang lain kemudian memupuknya, sehingga celah-celah keburukan
yang ada padanya tersingkir dan ia mahu bangkit berdiri melangkah di jalan Islam.
Tugas seorang da'i seperti tugas seorang pengajar dan dokter yang akan
memberikan ubat sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pesakitnya. Tidak
masuk akal kalau semua pesakit diberi ubat yang sama, kerana penyakit mereka tentu
berbeza-beza satu sama lain.
Pengajar dan doktor adalah da'i yang paling berjaya, jika mereka bersedia
melakukan pekerjaan itu dengan didasari keimanan kepada Allah dan untuk
menegakkan agama-Nya. Didasari oleh alasan inilah, para misionaris dalam
memerangi dunia Islam memusatkan perhatian mereka pada universiti-universiti
dan rumah sakit-rumah sakit, serta menyalurkan berbagai bentuk bantuan.
Tugas pengajar adalah menghayati hati dan pola pemikiran siswa, lalu
membimbing mereka sedikit demi sedikit, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat
terlaksana, sedangkan tugas doktor adalah menghapus penderitaan pesakit dengan
kata-kata yang dipenuhi keimanan dan memberikan ubat yang sesuai.
Mungkinkah seorang da'i mengajak orang lain untuk kembali kepada ajaran-ajaran
Islam tanpa memberikan kasih sayang kepadanya?
Perilaku dan keteladanan seorang da'i yang ikhlas akan mempunyai pengaruh
yang lebih besar daripada tulisan dan ceramah. Ibarat remote control yang dapat
digunakan untuk memindahkan acara TV dari jarak yang jauh tanpa harus
memakai kabel, begitu juga dengan seorang da'i yang ikhlas dan penuh kasih sayang
la tidak akan kesulitan memasukkan apa yang ada dalam hatinya ke dalam hati orang
lain.
Jika tatapan mata yang dipenuhi oleh rasa iri dan dengki itu dapat memberikan
mudharat, maka tatapan mata yang dipenuhi rasa iman dan kasih sayang akan
menimbulkan cinta dan keimanan.
Dari sini kita dapat mengetahui betapa berharganya indra yang diberikan oleh
Allah swt. kepada manusia. Indra adalah bagian penting dari tubuh manusia,
sedangkan jasad secara keseluruhan adalah sebagai tempat tinggal bagi indra tersebut.
Allah swt. berfirman,
"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan
penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepadamu?' Perhatikanlah bagaimana berkali-kali Kami perlihatkan
tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)." (Al-An'am:
46)
"Katakanlah, 'Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian
pendengaran, penglihatan, dan hati.'" (Al-Mulk: 23)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) lidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raf: 179)
Orang yang tidak mengetahui dan mensyukuri nikmat Allah swt. berupa indra
adalah orang yang tidak mengetahui sumber kehidupan yang amat besar. Allah swt.
berfirman,
"Ataukah seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang
di atasnya ombak (pula), di atasnya lagi awan; gelap gulita yang tindih-menindih,
apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa
yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tidaklah dia mempunyai cahaya
sedikitpun." (An-Nur: 40)
Dengan kehilangan indra, manusia akan menjadi sosok makhluk yang tidak hidup
dan tidak mati. Ia menjadi makhluk yang tidak berguna. Kalau sudah begitu, maka ia
tidak akan bisa memberikan pengaruh kepada orang lain, kerana alat penerima dan
pengirim sudah lidak lagi berfungsi, seperti orang yang tidur di atas ranjang etnas
tetapi ia tidak menyadarinya, kerana indra-nya sedang tidak berfungsi. Manusia yang
demikian itu membutuhkan orang yang membangunkan dari tidur-nya yang lelap.
Allah swt. berfirman,
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan itu ia dapat berjalan di tengah-tengah
manusia, serupa dengan orang yang keadaanya dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar darinya?" (Al-An'am: 122)
Marilah kita perhatikan gambaran-gambaran berikut,
"Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, danpenglihatan mereka
ditutup. Bagi mereka siksa yangamat berat." (Al-Baqarah: 7)
"Dan Kami adakan tutup di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar
mereka tidak dapat memahaminya. Apabila kalian menyebutRabb kalian saja dalam Al-
Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang kerana bencinya." (Al-Isra': 46)
Orang yang tidak menggunakan indranya adalah orang yang hidup dalam
"dunia yang tidak nyata", sehingga alam sekitarnya tidak akan melihat dan merasakan
keberadaannya, serta tidak akan sedih jika ditinggal pergi.
Mereka tidak memahami makna hidup yang sebenarnya, tujuan penciptaan, dan
tanggung jawab yang dibebankan. Adapun da'i, ia ibarat qalbu (hati), maka
barangsiapa yang tidak memfungsikan hatinya, ia tidak mendapatkan sambutan dari
masyarakatnya.
Allah swt. berfirman,
"Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku Iemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari
sekelilingmu." (Ali Imran: 159)
Hati yang beriman adalah sumber penggerak, sebagaimana firman-Nya,
"Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan seizin Allah.
Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya." (At-Taghabun: 11)
Perasaan dan kasih sayang adalah "bahasa" internasional yang dipergunakan oleh
da'i dalam menghadapi seluruh penduduk bumi, hingga kepada orang bisu
sekalipun.
Kerana rahmat Allah-lah Anda berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu berlaku keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjauhimu, wahai para da'i.
"Bahasa" ini ibarat mata wang yang ditetapkan untuk dipakai oleh setiap negara
secara internasional. Dengan "bahasa" inilah, generasi pertama umat ini dapat
menaklukkan dunia. Mereka adalah lentera kehidupan.
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orangorang
yang mempunyai akal atau mempergunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya." (Qaaf: 37)
Oleh kerana ltu, barangsiapa tidak mengingat, merasakan, dan terpengaruh oleh
keburukan atau keindahan, ia adalah orang yang tidak mempunyai hati.
permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki sesuatu
tidak akan bisa memberikan sesuatu tersebut. Seseorang yang tidak memiliki kunci,
maka sulit baginya untuk masuk. Manusia yang hatinya terkunci sehingga sulit
dimasuki oleh dakwah, bagaikan brankas besar yang sebenarnya dapat dibuka hanya
dengan kunci yang kecil. Demikianlah persoalannya, yang sesungguhnya kembali
kepada diri sang da'i itu sendiri, yakni berkaitan dengan potensi dirinya secara ruhiah, di
samping kecekapannya untuk membuat program, serta ketahanan dalam
mewujudkannya.
Jika kita telah faham bahawa syaitan juga membuat program untuk para
pengikutnya dengan langkah-langkah yang bertahap (sebagaimana firman Allah,
"Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan." (Al-Baqarah: 168), maka sudah
selayaknya seorang da'i juga membuat program dan langkah-langkah dalam mengambil
simpati mad'u. Sungguh sangat jauh berbeza antara tujuan syaitan dengan tujuan
orang-orang yang beriman. Allah swt. berfirman,
"Dan janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika
kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita
kesakitan (pula), sebagaimana kalian menderitanya. Sedangkan kalian mengharap
dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana."
(An-Nisa': 104)
Oleh kerananya, seorang da'i hendaklah memperhatikan celah-celah kebaikan
yang ada pada orang lain kemudian memupuknya, sehingga celah-celah keburukan
yang ada padanya tersingkir dan ia mahu bangkit berdiri melangkah di jalan Islam.
Tugas seorang da'i seperti tugas seorang pengajar dan dokter yang akan
memberikan ubat sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pesakitnya. Tidak
masuk akal kalau semua pesakit diberi ubat yang sama, kerana penyakit mereka tentu
berbeza-beza satu sama lain.
Pengajar dan doktor adalah da'i yang paling berjaya, jika mereka bersedia
melakukan pekerjaan itu dengan didasari keimanan kepada Allah dan untuk
menegakkan agama-Nya. Didasari oleh alasan inilah, para misionaris dalam
memerangi dunia Islam memusatkan perhatian mereka pada universiti-universiti
dan rumah sakit-rumah sakit, serta menyalurkan berbagai bentuk bantuan.
Tugas pengajar adalah menghayati hati dan pola pemikiran siswa, lalu
membimbing mereka sedikit demi sedikit, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat
terlaksana, sedangkan tugas doktor adalah menghapus penderitaan pesakit dengan
kata-kata yang dipenuhi keimanan dan memberikan ubat yang sesuai.
Mungkinkah seorang da'i mengajak orang lain untuk kembali kepada ajaran-ajaran
Islam tanpa memberikan kasih sayang kepadanya?
Perilaku dan keteladanan seorang da'i yang ikhlas akan mempunyai pengaruh
yang lebih besar daripada tulisan dan ceramah. Ibarat remote control yang dapat
digunakan untuk memindahkan acara TV dari jarak yang jauh tanpa harus
memakai kabel, begitu juga dengan seorang da'i yang ikhlas dan penuh kasih sayang
la tidak akan kesulitan memasukkan apa yang ada dalam hatinya ke dalam hati orang
lain.
Jika tatapan mata yang dipenuhi oleh rasa iri dan dengki itu dapat memberikan
mudharat, maka tatapan mata yang dipenuhi rasa iman dan kasih sayang akan
menimbulkan cinta dan keimanan.
Dari sini kita dapat mengetahui betapa berharganya indra yang diberikan oleh
Allah swt. kepada manusia. Indra adalah bagian penting dari tubuh manusia,
sedangkan jasad secara keseluruhan adalah sebagai tempat tinggal bagi indra tersebut.
Allah swt. berfirman,
"Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan
penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa
mengembalikannya kepadamu?' Perhatikanlah bagaimana berkali-kali Kami perlihatkan
tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga)." (Al-An'am:
46)
"Katakanlah, 'Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian
pendengaran, penglihatan, dan hati.'" (Al-Mulk: 23)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) lidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang
ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A'raf: 179)
Orang yang tidak mengetahui dan mensyukuri nikmat Allah swt. berupa indra
adalah orang yang tidak mengetahui sumber kehidupan yang amat besar. Allah swt.
berfirman,
"Ataukah seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang
di atasnya ombak (pula), di atasnya lagi awan; gelap gulita yang tindih-menindih,
apabila ia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa
yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tidaklah dia mempunyai cahaya
sedikitpun." (An-Nur: 40)
Dengan kehilangan indra, manusia akan menjadi sosok makhluk yang tidak hidup
dan tidak mati. Ia menjadi makhluk yang tidak berguna. Kalau sudah begitu, maka ia
tidak akan bisa memberikan pengaruh kepada orang lain, kerana alat penerima dan
pengirim sudah lidak lagi berfungsi, seperti orang yang tidur di atas ranjang etnas
tetapi ia tidak menyadarinya, kerana indra-nya sedang tidak berfungsi. Manusia yang
demikian itu membutuhkan orang yang membangunkan dari tidur-nya yang lelap.
Allah swt. berfirman,
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan itu ia dapat berjalan di tengah-tengah
manusia, serupa dengan orang yang keadaanya dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak
dapat keluar darinya?" (Al-An'am: 122)
Marilah kita perhatikan gambaran-gambaran berikut,
"Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, danpenglihatan mereka
ditutup. Bagi mereka siksa yangamat berat." (Al-Baqarah: 7)
"Dan Kami adakan tutup di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar
mereka tidak dapat memahaminya. Apabila kalian menyebutRabb kalian saja dalam Al-
Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang kerana bencinya." (Al-Isra': 46)
Orang yang tidak menggunakan indranya adalah orang yang hidup dalam
"dunia yang tidak nyata", sehingga alam sekitarnya tidak akan melihat dan merasakan
keberadaannya, serta tidak akan sedih jika ditinggal pergi.
Mereka tidak memahami makna hidup yang sebenarnya, tujuan penciptaan, dan
tanggung jawab yang dibebankan. Adapun da'i, ia ibarat qalbu (hati), maka
barangsiapa yang tidak memfungsikan hatinya, ia tidak mendapatkan sambutan dari
masyarakatnya.
Allah swt. berfirman,
"Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku Iemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari
sekelilingmu." (Ali Imran: 159)
Hati yang beriman adalah sumber penggerak, sebagaimana firman-Nya,
"Tiada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan seizin Allah.
Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya." (At-Taghabun: 11)
Perasaan dan kasih sayang adalah "bahasa" internasional yang dipergunakan oleh
da'i dalam menghadapi seluruh penduduk bumi, hingga kepada orang bisu
sekalipun.
Kerana rahmat Allah-lah Anda berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu berlaku keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjauhimu, wahai para da'i.
"Bahasa" ini ibarat mata wang yang ditetapkan untuk dipakai oleh setiap negara
secara internasional. Dengan "bahasa" inilah, generasi pertama umat ini dapat
menaklukkan dunia. Mereka adalah lentera kehidupan.
"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orangorang
yang mempunyai akal atau mempergunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikannya." (Qaaf: 37)
Oleh kerana ltu, barangsiapa tidak mengingat, merasakan, dan terpengaruh oleh
keburukan atau keindahan, ia adalah orang yang tidak mempunyai hati.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih karna tlah berkunjung ke sharetex...
silahkan di komen....